Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Dirjen
Pengembangan Destinasi Pariwisata kembali mengadakan "Lomba Foto Sadar
Wisata 2012."
Lomba yang telah memasuki tahun keempat itu, bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan arti penting Sapta Pesona. Yang meliputi Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ranah, dan Kenangan melalui media fotografi.
Lomba yang telah memasuki tahun keempat itu, bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan arti penting Sapta Pesona. Yang meliputi Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ranah, dan Kenangan melalui media fotografi.
Selain beberapa alasan lainnya seperti memperkenalkan obyek dan daya tarik
wisata Indonesia, sekaligus memberdayakan masyarakat komunitas, pecinta dan
penghobi fotografi.
Dari data yang dilansir panitia, dari tahun 2009-2011 peserta Lomba Foto
Sadar Wisata selalu mengalami peningkatan. Pada 2009 peserta berjumlah 205
dengan foto sebanyak .1120. Tahun 2010 terdapat 365 peserta dengan foto 1.468
foto. Sedangkan pada 2011 terdapat 630 peserta dengan 2.424 foto.
"Tahun ini diharapkan pesertanya makin banyak, dan makin menggerakkan
perekonomian," ujar Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah
Rahim di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (15/3).
Sebagaimana tahun 2011, tahun ini dewan juri diketuai Sigit Pramono
(penggiat fotografi dan Komisaris BCA), Darwis Triadi, Arbain Rambey, Bambang
Wijanarko, dan Ray Bachtiar. Foto mulai dapat dikirimkan mulai 16 Maret hingga
24 Agustus 2012. Untuk teknis lebih jelas terdapat di laman www.parekraf.co.id
Lomba Foto Sadar Wisata 2012 memperebutkan hadiah total Rp. 100 juta. Dengan
hadiah pertama Rp 20 juta. Berikutnya Rp 15 juta , Rp 10 juta dan beberapa
penghargaan khusus dengan total hadiah Rp 30 juta.
Pemenang dan nominator, fotonya akan dipamerkan selama empat hari dari
tanggal 27-30 September 2012 di Grand Indonesia.
Menurut Sigit Pramono, even ini diharapkan makin membuat penggiat fotografi
makin banyak memotret tempat wisata di negeri sendiri. "Daripada memotret
tempat wisata di luar negeri yang keindahannya belum tentu sedahsyat berbagai
tempat wisata di Indonesia," katanya. Dia melanjutkan, juri tidak akan
menilai alat yang digunakan untuk memotret sebuah obyek, tapi orangnya yang
paling menentukan sebuah hasil foto.
Darwis Triadi menambahkan, kawan-kawan di daerah dapat memotret spot-spot
ekonomi kreatif, seperti rumah industri tradisional seperti kerajinan gerabah
dan lain-lain yang banyak di daerah. "Indonesia adalah salah satu pasar
produk fotografi terbesar di dunia, oleh karena itu peminat fotografi banyak di
sini. Di atas itu semua, foto yang baik adalah foto yang diambil dengan rasa,
bukan dengan mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar